Jumat, 11 Maret 2011

First Date

First Sight

Namanya Ayusinta. Pertama kali aku melihatnya di kampus temenku, Abi. Waktu itu ada orang di sampingku yang berteriak keras memanggil namanya dan dia menoleh. Entah kenapa sejak hari itu wajahnya nggak mau lepas dari benakku. Tapi sayang, semenjak hari itu juga aku tak pernah punya kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.

*****

Second Sight

Siang ini matahari bersinar amat terik. Untunglah akhirnya aku sampai juga di kampus ini. Sudah lama sekali rsanya aku nggak ke sini. Dengan langkah tegap aku berjalan menyusuri lorong sambil mengenang masa lalu saat aku masih menjadi warga kampus ini. Aku menuju kantin , tempat dimana aku yakin sahabatku , Abi, berada.
Abi itu sebenarnya mahasiswa seangkatan denganku. Tapi karena kurang serius , kuliahnya jadi molor kira-kira satu tahunan. Saat aku sudah di wisuda dan mulai sibuk kerja, dianya malah adem ayem aja jadi mahasiswa abadi sambil ngegodain cewek-cewek mahasiswa baru. Untung aja orang tuanya nggak pernah kehabisan dana buat kuliahin dia.
Setelah aku tebarkan pandangan ke seluruh ruang kanting, akhirnya aku bisa juga temuin dia. Dia terlihat lagi asyik ngobrol sama makhluk cantik di sebuah sudut kantin. Tapi tunggu ..! Wajah makhluk cantik itu sepertinya tak asing buat otakku. Ya itu dia, cewek itu, cewek penghuni benakku. Ayusinta. Dengan langkah lebih yakin aku berjalan menuju meja Abi. Sayang, beberapa langkah sebelum sampai makhluk cantik itu keburu pergi.
“Siapa cewek itu?”tanyaku pura-pura tidak tau sekaligus mencati tau tentang kebenaran nama cewek cantik itu pada Abi.
“O… dia. Namanya Sinta, anak psikologi.”jawab Abi santai.
“Sinta…?” kataku sedikit kaget dan heran mendengar jawaban dari Abi.
“Nama lengkapnya sih Ayusinta tapi dia lebih terkenal dengan panggilan Sinta,” terang doi padaku.
“O….”komentarku lega. Ternyata aku nggak salab. “Tapi kok aku nggak pernah liat dia?” tanyaku lagi.
“Dia anak angkatan 2008. waktu itu mana pernah kamu perhatiin hal lain selain skripsi kamu. Abis itu kamu wisuda dan setelah itu kamu langsung sibuk kerja bantuin bokap kamu. Nah, baru setelah itu kamu inget kalau kamu masih punya temen yang ketinggalan di kampus ini, dan baru mulai main lagi kesini. Jadi Tuan, secara teoritis, wajar banget kalau kamu baru liat dia sekarang!”jawab Abi panjang lebar dengan disisipi ucapan protes.
“Tapi… ngomong-ngomong ngapain kamu ke sini?”tanya Abi sambil menyantap mie goreng pesanannya.
“Nggak.. Nggak pa-pa , iseng aja.” Jawabku asal.
*****
Introducing

Sejak hari itu aku jadi sering sekali main ke kampus, dengan pura-pura nemuin Abi. Padahal sebenarnya, aku Cuma ingin ketemu sama Ayusinta dan berkenalan secara langsung sama dia. Mau minta tolong sama Abi , tengsin abis. Sialnya lagi, nggak ada pertemuan-pertemuan nggak sengaja atau alasan yang tepat buat aku bisa nemuin dia. Aku jadi bingung dan hampir saja putus asa, sampai akhirnya peristiwa itu terjadi. Aku dan Abi berpaspasan dengannya di sebuah lorong kampus.
“Hai,Sin..!”sapa Abi pada Ayu.
“Hai..”balas Ayu lembut sambil tersenyum manis.
Duuhh senyumnya, membuat hatiku seolah seperti ice cream yang meleleh. Tiba-tiba saja otakku berpikir dengan cepat. Aku nggak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Reflek aku langsung menyikut lengan Abi. Dengan gelagapan Abi memperkenalkan aku pada Ayu.
“Oya… Kenalin, ini sahabatku Tio.”
Dengan jantung berdebar kencang aku ulurkan tanganku. “Hai..Tio,”kataku berat mencoba tersenyum dan menenangkan debaran jantungku.
Dia membalas uluran tanganku dan menyebutkan namanya. “Ayu..”
Uuhh… jemarinya lembut banget. Aku mungkin nggak akan pernah ngelepasin genggaman tanganku seandainya Abi nggak menginjak kakiku. Dengan kaget aku melepaskan genggaman tanganku dan memandang wajah Ayu yang sudah merona merah karena malu. Akupun tersenyum geli demi melihat rona merah di wajahnya itu.
Siang ini, tak kan pernah kulupakan.

*****

P.D.K.T

Setelah perkenalan kami siang itu berbagai cara telah kutempuh , segala macam jurus sudah kugunakan untuk bisa mendekati Ayu. Dari sekedar basa-basi di SMS, say hello di telfon sampai pura-pura nggak sengaja ke kampus di jam pulang. Padahal tujuanku sebenarnya adalah untuk menjemputnya. Atau kadang dengan alasan lapar berat, aku ajakin dia mampir ke kafe.
Dan semua usahaku itu nggak sia-sia , karena sekarang aku sudah bisa main ke rumahnya, ngajakin dia keluar makan, atau sekedar jalan-jalan aja. Semakin hari aku jadi semakin mengenal dia dan kepribadiannya. Dia itu cewek yang open minded, berwawasan luas, dan dia juga smart. Kadang dia bisa begitu dewasa. Tapi ada kalanya pula dia bersikap amat manja layaknya cewek lain. Yang jelas , she’s just perfect. Dan aku semakin jatuh cinta padanya.

*****

Tembak


Enam bulan dari perkenalan kami, di siang yang terik di sebuah kafe. Aku membuat keputusan besar dalam hidupku. Entah kenapa aku melakukannya. Mungkin, karena aku sudah nggak sanggup lagi menahan perasaanku padanya. Tanpa memperdulikan apa-apa lagi, aku mengungkapkan semua isi hatiku.
“Yu, aku mau ngomong sesuatu ke kamu,” kataku sedikit ragu.
“Ehheemm..?”jawab Ayu santai sambil menyeruput jus jeruk di hadapannya.
Sikapnya membuatku semakin ragu dan gugup. Apalagi setelah itu dia menatapku. Membuatku merasa seperti maling yang ketangkap basah mau mencuri. Tak berkutik. Tapi segera kubuang perasaan itu. Aku harus ngomong sekarang!! Tekadku mantap dalam hati. Akupun menarik nafas dalam-dalam dan…
“Aku suka kamu,”ucapku seiring hembusan nafasku.
Aku mencoba mempelajari mimik wajah Ayu saat itu. Terlihat keterkejutan di sana. Tapi dia diam saja. Akhirnya aku putuskan untukmelanjutkan kata-kataku.
“Sejak pertama aku ngeliat kamu sampe sekarang. Semakin lama aku semakin yakin kalo aku sayang dan jatuh cinta sama kamu.”
Hening sesaat.
“Aku mau kamu jadi cewek aku.”tembakku langsung.
Ayu masih saja tak bergeming dan terus menatapku , membuatku merasa serba salah.
“Kamu cuma punya dua pilihan jawaban. Ya ato mau.”kataku akhirnya sambil tersenyum. Mencoba bercanda sekedar untuk mencairkan suasana. Ayu pun ikut tersenyum membuatku sedikit lega. Walaupun sebenarnya ketegangan masih menggenggam erat jantungku. Aku tatap matanya, mencoba mencari-cari tau kira-kira jawaban apa yang akan diberikab oleh Ayu. Tapi aku tak bisa menemukan jawaban itu. Kudengar dia menghela nafas dalam dan mulai bicara dengan suara agak berat.
“Sorry, tapi sepertinya aku punya pilihan jawaban yang lain,”kata Ayu kemudian dengan mimik wajah yang berubah sedih. Melihat hal itu, tiba-tiba membuatku merasa seakan-akan jantungku berhenti berdetak. Udara yang kuhirup pun lenyap entah kemana. Dan dadaku terasa penuh sesak. Aku merasa sulit bernafas. Aku merasa hampir mati , tapi sebelum semua itu benar-benar terjadi, aku kuatkan diruku untuk bertanya.
“Jadi maksud kamu?”kataku tertahan sambil berusaha mengumpulkan sisa-sisa udara yang masih ada di paru-paruku.
“Aku bersedia.”kata Ayu kemudian.
Ya, aku bersedia. Kurasa jawaban itu lain dari ya atau mau.”kata Ayu santai sambil tersenyum nakal penuh kemenangan.
Aku menatapnya tak percaya. Dia melakukan ini padaku. Mengerjai aku sedemikian rupa dan aku kena dengan telaknya. Tapi aku tak peduli dengan semua itu. Aku bahagia, amat bahagia mendengar jawaban Ayu tadi. Seolah beban berat yang menghimpit dadaku selama ini lepas begitu saja. Kemudian kamipun tertawa.

*****

Dating

Malam ini langit agak mendung , tapi tak mampu mengurangi rasa bahagia di hatiku. Malam ini akan jadi malam paling bersejarah dalam hidupku. Malam dimana aku akan kencan dengan Ayu. Kencan pertama kami setelah kamu resmi jadian tadi siang.
Sudah sejak sore tadi aku mencoba merapikan diri di depan cermin. Mencoba baju yang cocok , mencari tatanan rambut yang oke, sampai memilih sepatu yang matcing. Tapi semua seolah jadi serba salah. Mungkin karena aku ingin semuanya sempurna malam ini. Aku ingin malam ini sempurna, aku ingin menjadi sempurna, aku ingin segala-galanya sempurna. Untuk Ayu, untuk malam ini.
Dan akhirnya setelah mengobrak-abrik dandananku beberapa kali aku selesai juga. Aku mencoba berdandan lebih extra malam ini. Pakaian extra rapi, rambut extra klimis, parfum extra wangi, dan akupun merasa jadi extra ganteng.
Dengan langkah tegap dan penuh percaya diri aku berjlan keluar kamar menuju garasi. Dengan meminjam mobil Ayah, aku berangkat menuju rumah Ayu. Selama perjalanan tak henti-hentinya mulutku mendendangkan lagu-lagu cinta. Pada saat aku tiba di rumah Ayu, kulihat dia udah siap seratus persen.
Dia tampak lebih cantik dari biasanya dan wajahnya seolah bersinar. Sempurna..! bisikku dalam hati. Setelah berpamitan pada orang tua Ayu, kami pun berangkat.
“Kamu cantik sekali malam ini,” kataku pada Ayu saat kami berjalan menuju mobil di tengah hujan yang mulai turun rintik-rintik.
“Terima kasih,”kata Ayu sambil tersenyum.

*****

Tragedy

Mobil kami belum berjalan terlalu jauh ketika tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang berhenti mendadak di tengah jalan tepat di depan mobil kami. Sepertinya mesin mobil itu mati , tapi terlambat. Aku tidak bisa menghentikan laju mobil kami, jadi aku banting setir ke kanan. Tapi aku semakin tidak bisa mengendalikannya. Semua terjadi begitu cepat. Aku takkan pernah melupakan suara-suara malam itu. Suara teriakan, bunyi kaca pecah, dan terakhir jerit kesakitan.

*****

Ending

Ketika aku tersadar, hujan sudah turun deras. Ada beberapa orang yang berdiri mengerumuni aku. Aku merasa ada sesuatu yang hangat mengalir melewati mataku. Tapi bagaimanapun, aku masih bisa melihat Ayu. Tergeletak tak seberapa jauh dari tempatku. Aku merangkak menerobos kerumunan orang-orang itu, bergerak perlahan untuk mendekatinya.
Saat aku sudah ada di sebelahnya, aku angkat kepalanya dan kurebahkan di lenganku. Dia menatapku dalam dan tersenyum lembut padaku.
“Peluk aku, sebentar saja…” ucapnya amat lirih dengan suara parau.
Akupun langsung memeluknya erat , erat sekali. Lalu aku menciumnya. Ciuman terakhir kami. Aku merasa telah menemukan cinta itu. Cinta yang aku tau akan kurindukan. Tapi sekarang dia telah pergi dan seerat apapun aku memeluknya dia telah meninggalkan aku. Aku kehilangan cintaku, hidupku. Saat itu… Malam itu…

“Oh where , oh where, can my baby be?
The lord took her away from me
She’s gone to heaven, so I got to be good
So I can see my baby, when I leave this world.”
 
Based from
Last Kiss
By
Pearl Jam